RSS

Aktifasi POSKO KEKERINGAN & Droping Air Bersih

Dalam rangka mengantisipasi bencana kekeringan dan menjaga ketersediaan air bersih di Kabupaten Pacitan, hari ini Senin (9 Juli 2012), BPBD Kabupaten Pacitan mulai mengaktifkan POSKO BERSAMA PENANGANAN BENCANA KEKERINGAN TH. 2012 dan menyalurkan bantuan air bersih kepada warga masyarakat, terutama di daerah yang masuk dalam kategori Kering Kritis, yaitu ketersediaan air bersih kurang dari 10 ltr/jiwa/hari dan jarak tempuh pengambilan air dari rumah ke sumber mata air lebih dari 3 Km. 
Pengiriman perdana bantuan air bersih hari ini dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Pacitan di Wilayah Kecamatan Pringkuku tepatnya di Dusun Citro dan Dusun Melikan Desa Jlubang sebanyak 2 tangki air bersih .







 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

POSKO BENCANA KEKERINGAN 2012


POSKO BERSAMA PENANGANAN BENCANA KEKERINGAN
KABUPATEN PACITAN TAHUN 2012 

MULAI HARI INI RESMI DIBUKA 24 JAM DALAM SEHARI, 7 HARI DALAM SEMINGGU
UNTUK MENERIMA PENGADUAN DAN LAPORAN TERKAIT BENCANA KEKERINGAN YANG TERJADI DI KABUPATEN PACITAN .

Bagi warga masyarakat pacitan bisa menghubungi POSKO KEKERINGAN di BPBD Kabupaten Pacitan melalui Telp./Fax. (0357) 886164, email : bpbd@pacitankab.go.idatau bpbd_pacitan@yahoo.com, Repeater BPBD PCT : Input 15.066 MHz Output 14.700 MHz .


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MUSIM KERING WASPADA KRISIS AIR BERSIH


Pacitan Online - Memasuki musim kemarau tahun ini, kekeringan mulai mengancam sebagian wilyah kabupaten Pacitan. Sedikitnya enam wilayah kecamatan di Kabupaten paling selatan Jawa Timur ini, berpotensi mengalami krisis air bersih. Bahkan, tak hanya wilayah bagian  barat yang merupakan wilayah langganan, krisis air bersih juga diperkirakan akan muncul di wilayah Pacitan utara dan timur

Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat Tri Mujiharto mengatakan, pihaknya saat ini tengah intensif melakukan koordinasi dengan kecamatan untuk mendata daerah rawan. Jika sudah terkumpul data-data dari masing-masing kecamatan tersebut selanjutnya akan dikirim ke BPBD Provinsi Jatim. Keenam wilayah kecamatan itu adalah Donorojo, Punung, Pringkuku, Sudimoro, Ngadirojo,dan Tulakan.

Tri Mudjiharto mengatakan, ada tiga kategori dalam bencana kekeringan. Yakni langka terbatas, langka, dan kritis. Dari ketiga kategori itu fase kritis menjadi fokus distribusi air. Sebab pada daerah yang masuk dalam kategori itu setiap hari tingkat konsumsi air kurang dari 30 liter. Dan untuk mendapatkanya, warga harus mengambil ke sumber air dengan jarak lebih dari 3 kilometer.

Selain melakukan pendataan wilayah rawan air bersih, BPBD juga berkoordinasi dengan bagian umum Setda Pacitan sebagai penyedia armada truk tangki untuk distribusi. Sedangkan anggaranya sendiri dialokasikan dalam anggaran perubahan APBD. Guna mengantisipasi distribusi air bersih  tepat sasaran, usulan droping dan lokasi sasaran hanya melalui satu pintu, yakni BPBD.(Riz)

Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


DUKUNGAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH LAPAN UNTUK PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI INDONESIA

Berita BNPB - Sambutan Kepala BNPB yang dibacakan oleh Kepala Bidang Data - Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Dr. Agus Wibowo, pada acara  “2nd Regional Workshop of ASEAN Cooperation Project on Utilization of Space Based Technologis for Disaster Risk Reduction” menyebutkan tentang pentingnya penggunaan teknologi penginderaan jauh dalam pengelolaan penanggulangan bencana di Indonesia (16/06).  BNPB memerlukan data penginderaan jauh resolusi tinggi pada pra-bencana, masa tanggap darurat maupun pada pasca bencana. Worskhop yang terselenggara atas kerjasama antara Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF), LAPAN, dan Asian Disaster Reduction Center (ADRC) ini berlangsung di Hotel Salak Bogor pada 26 - 27 Juni 2012.
Pada pra-bencana data teknologi penginderaan jauh  diperlukan untuk pemetaan daerah-daerah yang mempunyai potensi bencana, pemantauan titik api (hot spot) kebakaran hutan dan lahan, pembuatan peta dasar untuk bencana, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk masa tanggap darurat teknologi penginderaan jauh diperlukan untuk memetakan secara cepat kondisi daerah bencana, luasan yang terkena dampak bencana, kondisi akses jalan, penghitungan jumlah rumah yang rusak, lokasi untuk pengungsian, dan sebagainya. Dan untuk pasca-bencana data penginderaan jauh dapat digunakan untuk membuat peta dasar sebagai landasan menentukan lokasi hunian, lokasi jalan, dan keperluan lainnya.
Dalam kesempat tersebut LAPAN menyampaikan beberapa dukungan teknologi penginderaan jauh yang dapat digunakan oleh BNPB, antara lain:
1.      Data pemantauan titik api (hot spot) kebakaran hutan dan lahan harian yang diolah dari data satelit .Data citra satelit penginderaan jauh pada masa tanggap darurat. Dalam hal ini LAPAN merupakan anggota Sentinel Asia dan UN SPIDER yang dapat meminta dukungan data satelit resolusi tinggi dari Jepang atau dari sumber lain.
2.  Data citra satelit LAPAN A1 – TUBESAT yang sudah 5 tahun mengorbit bumi dan merekam data wilayah Indonesia. LAPAN juga merencanakan untuk meluncurkan satelit LAPAN A2 – ORARI dan LAPAN A3 – IPB. Kedua satelit tersebut membawa peralatan voice repeater yang dapat digunakan sebagai penghubung komunikasi radio pada saat bencana. Sensor penginderaan jauh juga dipasang pada kedua satelit tersebut sehingga dapat menyediakan citra satelit untuk keperluan penanganan bencana. Satelit tersebut akan mulai diluncurkan pada Juni 2013.
3.  Pemotretan daerah bencana dengan pesawat tanpa awak (UAV). LAPAN mengembagkan teknologi pesawat tanpa awak dengan bahan dari stereoform yang ringan dan mudah dibawa ke mana saja. Pesawat tanpa awak ini sudah berhasil digunakan untuk memotret kondisi puncak gunung Merapi di Yogyakarta.

Gambar 1. Teknologi Pesawat Tanpa Awak LAPAN dan hasil pemotretan puncak Gunung Merapi

Sumber :Pusdatin dan Humas
Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


RESULT AND FOLLOW UP ACTION OPTIMIZING POPULATION & SECONDARY DATA FOR DISASTER MANAGEMENT
Berita BNPB - Seminar Nasional “Optimalisasi Data Kependudukan dan Data Sekunder dalam Penanggulangan Bencana” yang dilaksanakan oleh BNPB dan BPS (Badan Pusat Statistik) serta UNFPA selaku penyelenggara, mulai tanggal 5 – 6 Juni 2012 Hotel Borobudur – Jakarta telah selesai dan ditutup secara resmi oleh Bapak Ir. Fachtul Hadi, Dipl, HE - Sekretaris Utama BNPB.
Seminar “Optimalisasi Data Kependudukan dan Data Sekunder dalam Penanggulangan Bencana” pada hari kedua ini diisi berapa paparan dari BNPB, BPS, Kementerian PU, PVMBG, Kementerian Sosial, LAPAN dan WFP, yang dilanjutkan dengan diskusi oleh peserta seminar. Sebelum dilaksanakan acara penutupan disampaikan kesimpulan dari hasil seminar dan followup action yang disampaikan oleh Kepala Bidang Data, Pusat Data Informasi dan Humas. DR. Ir. Agus Wibowo, Msc, dimana disampaikan :
a.  Ketersediaan data adalah sangat penting pada setiap tahap dari penanganan bencana yaitu fase kesiapsiagaan, fase tanggap darurat, pemulihan awal maupun fase rehabilitasi dan rekonstruksi.
b.   Data yang dibutuhkan untuk penanggulangan bencana sangat bermacam-macam tidak hanya terbatas pada data kependudukan beserta status sosial dan ekonominya namun juga pentingnya data sekunder seperti data dari kementerian lembaga terkait, data-data yang dimiliki oleh lembaga non pemerintah dll. Dan data tidak terbatas pada data yang bersifat kuantitatif (jumlah) tapi juga data-data yang bersifat kualitatif.
c.   Untuk pemenuhan kebutuhan akan data bagi penanggulangan bencana, koordinasi antara BNPB dan lintas sektor terkait akan sangat dibutuhkan sehingga ketersediaan dan pemanfaatan data dapat dipergunakan secara efektif dan optimal.
Follow up action development :
1.      Penggabungan data kependudukan dalam penanggulangan bencana:
Badan Pusat Statistik
     a.     Penandatanganan MoU dan Perjanjian Kerja Sama BNPB –BPS dalam ketersediaan data kependudu- kan, sosial dan ekonomi, serta peta batas administrasi untuk penanggulangan bencana. Detail teknis kerja sama akan dibahas dalam Perjanjian Kerja Sama :
Ø    Data yang akan diberikan adalah data dalam bentuk agregat bukan data mentah individu
Ø  Data yang akan diberikan adalah untuk dipergunakan dan dimanfaatkan bagi penanggulangan bencana
Ø   Menyusun system proteksi bagi kedua lembaga dan hanya informasi yang dibutuhkan saja yang bisa diakses
Ø    Data yang diberikan bersifat continue dan update
Ø  Penggunaan teknologi informasi dalam  kerja sama seperti penggunaan server to server untuk akses data atau menggunakan simulasi model
     b.    Melakukan kajian resiko bencana dan dampaknya terhadap penduduk dengan variable dan kharakteristik penduduk yang lebih mendetail dan lebih tajam seperti : umur, jenis kelamin, status sosial dan ekonomi dll
     c.      Penyusunan data dasar dan peta batas administrasi (baseline information) dengan mengkombinasikan 2 (dua) sumber data dari BPS yaitu : sensus penduduk dan survey potensi desa (PODES)
     d.       Penyusunan buku pedoman nasional tentang data standard kebencanaan untuk mendukung implementasi dari Peraturan Kepala BNPB no 8 tahun 2011. Menyempurnakan format perka dengan mengundang semua kluster yang terlibat.

2.      Penggabungan data sekunder
     a.    Memperkuat koordinasi antar lembaga melalui forum komunikasi data yang sudah ada dan mengoptimal- kan fungsi dari forum, memperluas keanggotaan forum tidak hanya terbatas pada kementrian lembaga.
     b.   Selanjutnya akan dibentuk 2 (dua) forum terkait data kebencanaan yaitu : Forum Sekunder Umum dan Forum Data Citra Inderaja Resolusi Tinggi
Dalam sambutannya, Sekretaris Utama BNPB menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah penting untuk mendukung program pengurangan risiko bencana dan sangat diharapkan partisipasi dari kementerian maupun lembaga terkait untuk mewujudkan penggunaan data kependudukan dan data sekunder dalam penanggulangan bencana. 
Sumber :Pusdatin dan Humas
Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KESEPAKATAN BERSAMA 26 AHLI TSUNAMI INDONESIA

Berita BNPB - Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI), pada 12-13 Juni 2012 di Banda Aceh melakukan kesepakatan bersama dalam upaya pengurangan risiko bencana di Indonesia (13/06). Faktanya, tsunami Aceh pada tahun 2004 memiliki potensi tsunami yang sangat tinggi dengan jumlah korban dan kerugian harta benda yang besar. Serta diperlukan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat yang lebih baik yang didasari oleh informasi dan pengetahuan yang mendalam mengenai sumber dan karakteristik gempa tsunami, proses penjalaran dan landaan gelombang tsunami, serta sistem penyampaian informasi gempa-tsunami.
Sementara itu jumlah ahli tsunami Indonesia dan fasilitias riset terbatas dan tersebar di berbagai institusi pemerintah dan swasta serta perguruan tinggi. Diperlukan peta jalan (roadmap) untuk membantu upaya nasional dalam melakukan PRB tsunami yang tersosialisasikan dengan baik kepada seluruh pemangku kepentingan (institusi,masyarakat dan lembaga usaha).
Maka dari itu, para ahli tsunami Indonesia membuat kesepakatan, antara lain :
  1. Membentuk suatu wadah sebagai tempat untuk berinteraksi melalui pendekatan kajian ilmiah multi-disiplin yang diberinama “Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI)”;
  2. Bersama-sama dengan pemangku kepentingan terkait untuk berperan aktif menyusun peta jalan riset tsunami di Indonesia dalam rangka mendukung PRB tsunami (from source to society);
  3. Dalam waktu dekat hal-hal mendesak yang perlu dilakukan adalah melakukan identifikasi dan karakterisasi sumber tsunami; mengkaji karakteristik landaan tsunami;
Mengevaluasi paparan penduduk terhadap tsunami dan kerentanan masyarakat, infrastruktur, dan aset; pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.

Sumber :Pusdatinhumas
Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS