RSS

KULIAH UMUM KEPALA BNPB DI UII YOGYAKARTA


Berita BNPB - Setelah paparan di Bantul, DR.Syamsul Maarif,M.Si selaku Kepala BNPB memberikan kuliah umum di Universitas Islam Indonesia (UII), Jl.Kaliurang Km.14,5 Yogyakarta, Sabtu (26/5) .
Beliau membawakan materi Peningkatan Peran Perguruan Tinggi dalam Pengurangan Risiko Bencana di Masa Mendatang, dalam rangkaian kegiatan pengembangan kurikulum penguatan aspek kebencanaan. "Hendaknya yang menangani bencana adalah orang profesional" ucapnya .
Hidup di Indonesia cuma ada dua musim, hujan dan kekeringan yakni iklim tropis. Perlu digali lagi kearifan lokal, "Dalam Alqur'an banyak ilmu pengetahuan yang perlu digali terus dan diaplikasikan" ungkapnya .
Bagaimana anda sebagai mahasiswa teknik sipil dan perencanaan. Sumbangkan pemikiran dan keahlian Anda sebagai teknil sipil. Misalnya membantu dalam pembuatan jembatan darurat. Ruang lingkup Anda sebagai peneliti,tetapi jangan meninggalkan budaya yang ada. Ada 5 energi yang masih terpendam di Nusantara dan potensi bencana. "Mari Mahasiswa UII ikut Saya untuk menanggulangi bencana, seperti merancang shelter, sirine komunitas dan sebagainya yang sesuai dengan disiplin ilmu Anda" ajaknya .
Senang bertemu dengan Anda semua, Saya Syamsul Maarif, Kepala BNPB, terima kasih,tutupnya  .

Sumber :Pusdatinhumas
Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DAYA LENTING MASYARAKAT BANTUL, REFLEKSI GEMPA BUMI 2006 SILAM


Berita BNPB - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), DR. Syamsul Maarif,M.Si. menjadi keynote speaker dalam acara mengenang kejadian gempa bumi 5,4 SR yang terjadi pada tahun 2006 silam, di Gedung Parasamya, Pemkab Bantul, Sabtu (26/5). Dengan tajuk, Peningkatan Peran Pemerintah dan Kebangkitan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana.

Mantan Bupati Bantul. Mengatakan "Saya meyakini masyarakat Bantul sekarang sudah sadar akan bencana, belajar dari pengalaman terdahulu" ucap Drs.H.M. Idham Samawi.

Sementara itu, Kepala BNPB menyampaikan, saat terjadi bencana pasti ada yang namanya periode panik dan hal tersebut manusiawi. "Tentu ada hikmah dari kejadian bencana yang menjadikan masyarakat tangguh. Prioritas utama Saya jika terjadi bencana adalah membangun perumahan" ucapnya.
Bantul ada Desa Siaga yaitu Desa Wonolelo.
Indikator masyarakat tangguh ada 4 (empat) yaitu :
1.      Antisipasi ;
2.      Proteksi diri untuk menghindari/proteksi menangkis ;
3.      Adaptasi ;
4.      Daya lenting .

Menurut hasil penelitian mahasiswa UGM, semakin besar bantuan dana yang berlebihan,masyarakat akan semakin malas untuk memproteksi diri. "Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus berkesinambungan menjadikan masyarakat yang tangguh” ungkap Dr.Syamsul Maarif,M.Si.

Sumber :Pusdatinhumas
Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


INVENTARISASI BARANG MILIK NEGARA (BMN) DI PROVINSI YOGYAKARTA

Berita BNPB - Menindaklanjuti pertemuan di hotel Redtop pada Rabu 23 Mei 2012 yang dipimpin lansung oleh Kepala BNPB DR. Syamsul Maarif, M.Si sekaligus membuka acara Pelatihan Teknis Penatausahaan dan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan BNPB yang dihadiri oleh para pejabat eselon I dan II. Kepala BNPB menyampaikan  bahwa Penatausahaan dan Pengelolaan Barang Milik Negara merupakan tanggung jawab bersama dalam menuju laporan keuangan yang baik, dalam pelatihan tersebut kepala BNPB ikut serta belajar bagaimana tata cara penatausahaan dan pengelolaan BMN yang baik dan benar.

Atas perintah kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dibentuk tim inventarisasi BMN dan kepala BNPB menjadi ketua tim tersebut, sebagai komitmen beliau dalam meningkatkan laporan keuangan BNPB yang baik, tim tersebut terdiri dari perwakilan masing-masing unit (Deputi Kesiapsiagaan dan Pecegahan, Deputi Tanggap Darurat, Deputi Logistik dan Perlatan, Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Inspektorat Utama, Sekretariat Utama, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Data Informasi dan Humas serta pendampingan dari DJKN). Tujuan dari tim inventarisasi tersebut untuk melakukan inventarisasi barang-barang bantuan BNPB baik dana yang berasal dari APBN maupun dana yang bersumber dari luar. Sebagai langkah awal kepala BNPB memerintahkan Provinsi Yogyakarta untuk dilakukan inventarisasi BMN karena banyak bantuan BNPB yang diberikan ke BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota maupun instansi terkait pada saat kejadian erupsi gunung merapi maupun pasca kejadian yang belum tertata baik.

Tanggal 25 Mei 2012 diadakan rapat koordinasi di Pusdalops BPBD Provinsi Yogyakarta dengan mengundang BPBD Kabupaten/kota Provinsi Yogyakrta, instansi terkait (BPPTK, BBWS, Dinas PU, ESDM), rapat dipimpin oleh Inspektorat Utama Drs. Bintang Susmanto N, Ak, M.BA. Pada rapat tersebut Drs. Bintang Susmanto N, Ak, M.BA menyampaikan bahwa kegiatan inventarisasi ini adalah membandingkan antara fisik di lapangan dengan catatan aplikasi SIMAK di BNPB, sehingga sangat diperlukan mencocokkan data dari aplikasi SIMAK BNPB dengan data yang ada di BPBD Provinsi, BPBD Kabupaten/Kota dan Instansi terkait yang mengelola dana bantuan dari BNPB. Dalam teknis pelaksanaannya Tim yang terdiri dari 21 orang dibagi menjadi 5 Tim masing-masing tim melakukan inventarisasi ke beberapa lokasi yaitu (Sleman, Bantul, Kulon Progo, Yogyakarta dan BBWS). Di lokasi tim melakukan labelisasi pada barang BMN sekaligus mengambil sample foto masing-masing barang bantuan untuk dibuat berita acara yang digunakan untuk mengurus izin hibah ke Kementerian Keuangan.

Sumber :PDIH
Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


BADAI SANVU TIMBULKAN LONGSOR DI AMBON, 8 ORANG MENINGGAL, 2 LUKA, 23 RUMAH RUSAK

Berita BNPB - Bencana longsor kembali terjadi di wilayah Indonesia. Hujan yang menghuyur Kota Ambon dalam seminggu terakhir ini, dan puncaknya pada Minggu (27/5) pukul 02.30 WIT telah menyebabkan longsor di 10 titik yang tersebar di 4 kecamatan, Kota Ambon, Provinsi Maluku. Dampak bencana ini tercatat korban jiwa 8 orang meninggal, 2 luka ringan, sementara kerugian materiil 23 unit rumah rusak. Lokasi longsor dan perincian dampak adalah sebagai berikut : 
1.     Kecamatan Sirimau: 2 orang meninggal tertimbun tanah, 5 unit rumah tergenang air, 2 unit rumah rusak berat, 4 unit rusak ringan. Longsor dan pohon tumbang menutup badan jalan di 2 titik.
2.     Kecamatan Nusaniwe: 6 orang meninggal tertimbun tanah, 2 luka ringan, dan 3 unit rumah rusak berat
3.     Kecamatan Leitimur: 1 unit rumah rusak berat akibat banjir, 1 rumah rusak berat tertimbun tanah, 9 rumah rusak ringan. 1 sekolah (SMA 8 Hutumury Ambon) tergenang air, dan 10 titik longsoran menutup badan jalan.
4.     Kecamatan Baguala: 3 unit rumah rusak ringan dan pohon tumbang menutup badan jalan.

Sampai dengan informasi ini disampaikan, BPBD Kota Ambon dan BPBD Provinsi Maluku sudah mendistribusikan bantuan tanggap darurat seperti nasi bungkus, air mineral,  terpal, skop/pacul, karung dan penggunaan alat berat untuk pembersihan jalan. BPBD bersama aparat Korem 151 Binaya, Detazemen Kavaleri (Denkav) V/BLC Ambon, Basarnas, Tagana, dan masyarakat masih melakukan evakuasi/pencarian korban tertimbun tanah.

Cuaca ekstrim yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi oleh aktivitas siklon tropis Sanvu yang saat ini posisinya berada di Samudera Pasifik barat, Timur Laut Philipina, sekitar sekitar 3.050 km sebelah Utara Timur Laut Biak. Siklon tropis ini telah menyebabkan hujan deras di sebagian wilayah Indonesia. Dampak dari siklon tadi menimbulkan banjir di Balikpapan, banjir di Boolang Mongondow Selatan dan beberapa wilayah lainnya.

Meskipun sudah melemah intensitasnya, siklon tropis Sanvu tetap memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia berupa hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di wilayah Sulawesi bagian timur, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Sumber :Pusdatinhumas

Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


REFLEKSI 6 TAHUN GEMPABUMI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH 27 MEI 2006

Berita BNPB - Enam tahun yang lalu, tepatnya Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05.33 Wib, masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah dikejutkan gempabumi dahsyat. Bergeraknya Sesar Opak menimbulkan gempa 5,9 SR selama 52 detik dengan pusat gempa di kedalaman kurang 10 km. Dampaknya 5.716 orang meninggal dunia, 37.927 orang luka, lebih dari 206 ribu rumah rusak ringan hingga berat di 10 kabupaten/kota yang terdampak. Total kerusakan dan kerugian mencapai lebih 29 trilyun.
Memperingati kejadian bencana tersebut BPBD Bantul dan masyarakat mengadakan beberapa acara, seperti seminar, doa bersama, gelar kesiapsiagaan, penanaman cemara di pantai,  peningkatan kapasitas dan sebagainya. Kejadian gempabumi di Yogyakarta telah memberikan pembelajaran bagi pemerintah, pemda, dan masyarakat akan arti pentingnya bahaya bencana. Sumber gempabumi bukan hanya dari Sesar Opak di daratan tetapi juga di subduksi selatan Jawa.

Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa di Yogyakarta dinilai  berhasil. Bahkan telah menjadi model penanganan bencana di daerah lain. Beberapa negara di Asia Pasifik pun banyak yang belajar dari sukses penanganan gempabumi 2006 di Yogyakarta. Bayangkan rumah rusak berat hanya memperoleh bantuan pemerintah Rp 15 juta dan tenaga teknis pendamping.  Ternyata itu bisa diwujudkan menjadi rumah yang lebih tahan gempa. Bantuan hanya sebagai stimulan bagi masyarakat. Kunci keberhasilan tersebut adalah adanya kapasitas sosial di masyarakat. Gotong royong dan keguyuban terlihat baik dari pemerintah dan masyarakat luas. Nilai-nilai sosial, saling kepercayaan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha serta unsur kapasitas sosial lainnya menyebabkan penanganan pasca bencana berjalan dengan baik. Selain itu penanganan dilakukan dengan pendekatan berbasis masyarakat dengan memperhatikan kearifan lokal.

Syamsul Maarif, Kepala BNPB saat menghadiri acara refleksi 6 tahun gempabumi Yogyakarta menyampaikan kepada seluruh komponen masyarakat pentingnya mewujudkan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. Untuk mencapai masyarakat tangguh ada 4 hal yang harus ditingkatkan kemampuannya, yaitu kemampuan mengantisipasi setiap bahaya, kemampuan untuk melawan atau menghindari, beradaptasi dengan risiko bencana, dan melenting balik atau pulih kembali dengan cepat.

Gempabumi 2006 ternyata tidak membuat masyarakat Yogyakarta terpuruk. Justru bencana tersebut memberikan hikmah untuk bangkit atas kemampuan dan kemauan masyarakat. Setiap kejadian bencana menjadikan pelajaran untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Ini sesuai prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi yaitu Building Back Better. Artinya membangun kembali dengan lebih baik. Semoga bangsa dan masyarakat Indonesia lebih tangguh menghadapi bencana.

DR. Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

evakuasi korban sukhoi SJ 100

Tim SAR Memfokuskan pencarian di kawasan Gunung Salak dengan koordinat 06? 42’ 41.3” LS -106? 44’ 41.2” BT. Setelah tim SAR yang dikoordinator Basarnas itu mendapatkan keberadaan pesawat di lokasi tersebut, Kamis (10/05/2012) Pagi. Tim SAR mendirikan Posko di Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Bogor.

Pukul 13.30 wib Tim SAR dengan kekuatan 70 personil dari Basarnas, TNI, Polisi (Brimob), Marine Guard, PMI, Al Fatah dan Potensi SAR Lainnya bergerak menuju lokasi.

“Perjalanan darat untuk mencapai tujuan kami perkirakan 5-6 Jam, “ ungkap I Ketut Parwa, Kepala Kantor SAR Jakarta selaku SAR Mission Coordinator (SMC) .

Lokasi berada pada ketinggian 2060 diatas permukaan laut (DPL). Sementara Posko di Cipelang Cijeruk saat ini berada pada ketinggian 1100 DPL. Diperkirakan, Tim SAR mencapai lokasi kejadian pada malam hari. Mereka akan istirahat dengan mendirikan Bivak (Tenda) dan akan melanjutkan pencarian esok harinya.

Sementara Tim SAR ke dua akan diberangkatkan pukul 05.00 wib besok pagi dari Posko Cijeruk. Tim SAR berjumlah sebanyak 250 personil dari Basarnas, TNI, Polri, dan Potensi SAR Lainnya. Tim SAR juga akan menyiagakan 9 (sembilan) pesawat Helikopter untuk proses evakuasi. Tidak hanya itu, 15 unit mobil Ambulance juga telah disiapkan di Posko Cijeruk.

I Ketut Parwa dalam keterangan pers yang didampingi Danrem Kol. Anto Mukti Putranto menghimbau pada relawan yang ingin bergabung dalam operasi SAR untuk berkoordinasi dengan Basarnas “yang pasti medan nya cukup extreme, kami tidak mau ada teman-teman relawan yang tidak siap dari segi fisik maupun peralatan yang tidak memadai sehingga justru menghambat proses evakuasi yang kami rencanakan

evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi dilanjutkan. Dua kantong jenazah lagi tiba di Lanud Halim pukul 07.27 WIB menggunakan helicopter Basarnas HR 1518. Tim evakuasi Halim memindahkan kantong jenazah tersebut dari helicopter menuju mobil ambulans. Selanjutnya ambulans tersebut membawa kantong jenazah ke RS Polri Kramatjati.

Kantong-kantong jenazah yang telah tiba di RS Polri kemudian diidentiikasi oleh Tim DVI (Disaster Victim Identification). Hingga saat ini pihak Basarnas belum bisa memastikan berapa jumlah korban yang telah dievakuasi. Hal itu karena dalam satu kantong jenazah berisi beberapa potongan jenazah yang bisa saja terdiri dari beberapa orang korban.

Pihak Basarnas menyerahkan proses identifikasi sepenuhnya kepada Tim DVI Polri. Sementara berdasarkan informasi dari posko Cijeruk, cuaca di Gunung Salak pagi ini berkabut tebal dan angin cukup kencang

anggota senkom ikut bergabung untuk mkabupaten bogor dan sukabumi bergabung di pos bawah dilarang naik ke gunung karena sudah cukup di atas yang dperbolehkan team dari rusia saja untuk ikut evakuasi dan ini foto anggota senkom yang ikut bergabung di pos membantu tim SAR yang lain


sumber : basarnas





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BPBD Siapkan 10 Perangkat Peringatan Dini Tsunami Manual Jangkau Seluruh Wilayah Pantai Pacitan

Panjangnya bentang garis pantai di wilayah Pacitan menjadikan kabupaten diujung selatan Jawa Timur ini rawan terhadap ancaman bencana tsunami.Sementara, perangkat deteksi dini tsunami yang ada di Pacitan kota tidak mampu menjangkau wilayah-wilayah pantai dari Pacitan paling barat hingga kawasan timur kecamatan Ngadirojo.

Sadar dengan kondisi tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan memunculkan  terobosan baru menempatkan perangkat serupa guna menjangkau wilayah kecamatan. Rencananya, peralatan tsunami early warning system (TEWS) itu akan dipasang di 10 lokasi strategis.Tiga unit ditempatkan  di wilayah Kecamatan Pringkuku, lima ditancapkan di wilayah kota, dan dua lainnya diwilayah Kecamatan Ngadirojo.

Berbeda dengan TEWS bantuan dari pusat yang serba digital, perangkat peringatan dini manual ini merupakan hasil modifikasi BPBD yang menerapkan tekhnologi gelombang radio very high frequency (VHF). Menurut Kepala Pelaksana Harian BPBD setempat Tri Mudjiharto, upaya ini diambil untuk menyiasati kondisi geografis Pacitan yang bergunung.

Pembuatan dan pemasangan perangkat peringatan dini ini sendiri akan dilakukan bertahap hingga 5 tahun kedepan. Ini karena, anggaran yang dialokasikan di APBD sangat terbatas. Untuk satu unit perangkat dibutuhkan dana antara 20 hingga 30 juta rupiah. Menara sirine ini nantinya akan dipasang di masjid atau mushola agar perawatanya bisa dilakukan oleh masyarakat. Pihak masjid juga dapat memanfaatkan perangkat tersebut untuk kepentingan masjid atau lingkungan, semisal mengumandangkan adzan atau tanda imsak dan buka puasa di bulan Ramadhan.

Meskipun memanfaatkan tekhnologi rakitan, namun tandas Tri Mudjiharto dampak manfaat dari perangkat ini sangat membantu masyarakat yang tinggal di zona rawan tsunami. Sirine yang dipasang di menara suaranya mampu menjangkau radius 1 hingga 2 kilometer.Bahkan, kecepatan sinyal radio yang dikirim ke masing-masing perangkat peringatan dini sangat cepat yakni terpaut 1 hingga 2 detik. (Pacitan Online)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sosialisasi Program Antisipasi Tsunami di Pacitan oleh Sekretaris Utama BNPB

JTV Pacitan - Sosialisasi Program Antisipasi Tsunami di Pacitan oleh Sekretaris Utama BNPB bersama Rombongan BNPB, BPBD Prov Jateng, BPBD Prov Jatim dan BPBD Kab. Pacitan (Minggu, 6 Mei 2012).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ANCAMAN GEMPA BESAR SEMAKIN TERENDUS


RMOL. Hasil penelitian yang dilakukan Komunitas Pemerhari Seismik Indonesia (KPSI) memperlihatkan potensi gempa besar, megathrust, atau mega-gempa dalam waktu dekat. Setidaknya dalam enam bulan yang akan datang.

Hasil penelitian ini disampaikan KPSI saat berkunjung ke kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB), Andi Arief di Sekretariat Negara, Jalan Veteran, Jumat siang tadi (4/5 ).

Dalam presentasinya, Edie Nugroho dan Hendra Cipta dari KPSI mengungkapkan bahwa selama ini anggota KPSI telah  mempublikasikan aktifitas seismik di wilayah Indonesia terutama yang mengalami “kenaikan” sebagai salah satu bentuk peringatan dini atau early warning di wilayah potensi  gempa.

KPSI juga menyebarluaskan juga kejadian kegempaan baik di Indonesia maupun di dunia dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui social media dan jejaring telekomunikasi lainya. Selain itu KPSI juga melakukan inisiatif mengajak masyarakat mempersiapkan sumber daya secara mandiri dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakat agar dapat segera merespon kejadian bencana.

Kepada Andi Arief, KPSI memberikan bahan tertulis hasil kajian yang mereka lakukan meliputi pola kegempaan secara global dan yang akan terjadi di wilayah Indonesia.

"Informasi yang disajikan bukan berbentuk kabar untuk mempertakut. Namun lebih mengarah pada kesiapsiagaan masyarakat," ujar Edie. 

KPSI juga mengharapkan agar Andi Arief dapat mendorong dan memotivasi berbagai komunitas kebencanaan dan organisasi masyarakat, agar meningkatkan pemahaman kebencanaan serta kembali mensosialisasikannya ke masyarakat luas.

Beberapa kajian yang diserahkan KPSI antara lain Analisa Kegempaan Sumatera karya Nuskan Syarif, Analisa Magnetometer karya Hendra Cipta, Analisis Gempa Bumi Siberut karya Iwan Rakelta dan Spot Awan Elektromagnet yang ditulis Dedi Roshadi.

Andi Arief yang didampingi para ahli, antara lain DR. Budiarto Ontowirjo dan DR. Basroni Kiran, menyambut positif serta mengapresiasi apa yang telah di lakukan KPSI.

“Saya terharu dengan dedikasi rekan-rekan dari KPSI yang telah melakukan kajian, sosialisasi kepada masyarakat tentang potensi gempa bumi, sampai menciptakan alat pemantau gempa secara independen.” uajr Andi.

Dalam pertemuan itu juga, dilakukan demonstrasi alat sensor seismic portable yang dibuat secara mandiri oleh Yudi Hernawan Anggrianto dari KPSI, seorang mahasiswa dari Jogja.

Menurut Yudi, alat sensor seismik ini tercipta dikarenakan keprihatinan terhadap keadaan pada tahun 2010 di saat Gunung Merapi Yogyakarta bergejolak. Alat portable ini telah diujicoba di beberapa tempat dan sampai saat ini masih terpasang di beberapa titik pemantauan. Dalam pertemuan antara Andi Arief dan KPSI tersebut juga di resmikan nama alat tersebut dengan nama: Waspada Meter.

Di akhir pertemuan, KPSI mengingatkan Andi Arief sesuai dengan hasil kajian mereka bahwa dalam 6 bulan kedepan Indonesia memiliki potensi mengalami kejadian megathrust di beberapa wilayah. Terhadap peringatan tersebut DR. Budiarto Ontowirjo menyampaikan bahwa pihaknya juga telah mendapatkan laporan serupa dari para ahli kebencanaan.

“Untuk itu yang paling penting adalah, mengajak masyarakat untuk terus melakukan Mitigasi secara lebih proporsional dan profesional," demikian Andi. [guh]

Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENDIKBUD LUNCURKAN PEDOMAN PENERAPAN SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA


Berita BNPB (02/05/2012) - Pada acara Resepsi Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 pada Rabu (2/5) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan buku pedoman penerapan sekolah/madrasah aman dari bencana. Pedoman tersebut sangat penting bagi peningkatan kualitas sekolah/madrasah yang aman dari bencana. Sebab kenyataannya 75% sekolah di Indonesia berada pada risiko sedang hingga tinggi dari bencana.

Pedoman ini mengintegrasikan kebijakan yang telah dibuat Kementerian/Lembaga terkait sekolah/madrasah aman dari bencana. Proses penyusunan pedoman melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, perguruan tinggi, donor, dan lembaga non-pemerintah kunci di tingkat nasional seperti Seknas Sekolah Aman, Kerlip, GFDRR World Bank dan lainnya yang bergerak dalam bidang Pendidikan Kebencanaan baik dalam dan luar negeri melalui berbagai Seminar, Diskusi Kelompok Terarah dan Forum Konsultasi lainnya. Keseluruhan proses penyusunan ini dikoordinasikan oleh BNPB. Bahkan pedoman tersebut telah ditetapkan menjadi Peraturan Kepala BNPB No. 4 Tahun 2012.

Dengan adanya pedoman tersebut, akan lebih memudahkan dalam menuntaskan rehabilitasi sekolah yang rusak. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  sampai akhir 2011 sebanyak 194.844 ruang kelas rusak berat di SD/SDLB dan SMP/SMPLB. Tahun 2011 telah terealisasi rehabilitasi sebanyak 21.500 ruang kelas, sisanya sebanyak 173.344 ruang kelas rusak berat akan direhabilitasi pada tahun anggaran 2012–2014. Sedangkan data Kementerian Agama menunjukkan dari 208.214 ruang kelas MI dan MTs, sebanyak 13.247 ruang kelas rusak berat dan 51.036 ruang kelas rusak ringan. Dalam implementasi pedoman ini dikaitkan dengan DAK pendidikan pada tahun 2012, telah dipersiapkan pelaksanaan percontohan Sekolah Aman di lebih dari 100 sekolah penerima DAK Pendidikan di 2 provinsi yaitu Jawa Barat dan Sumatera Barat. Dalam program percontohan ini, sekolah yang sudah diidentifikasi akan mendapat bantuan teknis berupa training, workshop dan pendampingan bagi komite sekolah, kepala sekolah, mandor, dan pemangku kepentingan lainnya. Bantuan teknis ini merupakan bantuan hibah dari GFDRR World Bank bekerjasama dengan Seknas Sekolah Aman, Kemendikbud, BNPB, Pemerintah Daerah, Sekolah terkait dan lembaga lainnya. Pada Oktober 2012, akan dilaksanakan penilaian atas pencapaian sekolah percontohan tersebut.  Sekolah percontohan terbaik akan mendapat penghagaan dalam bentuk pendampingan lanjutan. Hasil percontohan Sekolah Aman ini akan dipresentasikan sebagai pembelajaran (lesson learn) tentang penerapan sekolah aman di Indonesia pada Konferensi Tingkat Menteri Asia dalam Pengurangan Risiko Bencana (AMCDRR) ke 5 yang dihadiri sekitar 65 negara Asia Pasifik pada bulan Oktober 2012 di Yogyakarta.

Selanjutnya akan direplikasi hingga tuntas pelaksanaan rehabilitasi sekolah sampai tahun 2014. Tentu saja masih memerlukan upaya yang lebih keras untuk mewujudkan sekolah aman yang ideal. Yaitu aman struktur bangunannya, lingkungan yang aman, maupun pengetahuan mengenai kebencanaan yang memadai sehingga aman dari bencana. Upaya ini jelas makin membuktikan bahwa Indonesia menjadi negara yang memiliki komitmen tinggi dalam pelaksanaan pengurangan risiko bencana. Faktanya Indonesia telah menjadi contoh bagi negara lain dalam impelementasi pengurangan risiko bencana di kawasan Asia Pasifik.

DR. Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Sumber :Pusdatin dan Humas

Syams©

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS