KULIAH UMUM KEPALA BNPB DI UII YOGYAKARTA
DAYA LENTING MASYARAKAT BANTUL, REFLEKSI GEMPA BUMI 2006 SILAM
Gempabumi 2006 ternyata tidak membuat masyarakat Yogyakarta terpuruk. Justru bencana tersebut memberikan hikmah untuk bangkit atas kemampuan dan kemauan masyarakat. Setiap kejadian bencana menjadikan pelajaran untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Ini sesuai prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi yaitu Building Back Better. Artinya membangun kembali dengan lebih baik. Semoga bangsa dan masyarakat Indonesia lebih tangguh menghadapi bencana.
DR. Sutopo Purwo Nugroho
evakuasi korban sukhoi SJ 100
Pukul 13.30 wib Tim SAR dengan kekuatan 70 personil dari Basarnas, TNI, Polisi (Brimob), Marine Guard, PMI, Al Fatah dan Potensi SAR Lainnya bergerak menuju lokasi.
“Perjalanan darat untuk mencapai tujuan kami perkirakan 5-6 Jam, “ ungkap I Ketut Parwa, Kepala Kantor SAR Jakarta selaku SAR Mission Coordinator (SMC) .
Lokasi berada pada ketinggian 2060 diatas permukaan laut (DPL). Sementara Posko di Cipelang Cijeruk saat ini berada pada ketinggian 1100 DPL. Diperkirakan, Tim SAR mencapai lokasi kejadian pada malam hari. Mereka akan istirahat dengan mendirikan Bivak (Tenda) dan akan melanjutkan pencarian esok harinya.
Sementara Tim SAR ke dua akan diberangkatkan pukul 05.00 wib besok pagi dari Posko Cijeruk. Tim SAR berjumlah sebanyak 250 personil dari Basarnas, TNI, Polri, dan Potensi SAR Lainnya. Tim SAR juga akan menyiagakan 9 (sembilan) pesawat Helikopter untuk proses evakuasi. Tidak hanya itu, 15 unit mobil Ambulance juga telah disiapkan di Posko Cijeruk.
I Ketut Parwa dalam keterangan pers yang didampingi Danrem Kol. Anto Mukti Putranto menghimbau pada relawan yang ingin bergabung dalam operasi SAR untuk berkoordinasi dengan Basarnas “yang pasti medan nya cukup extreme, kami tidak mau ada teman-teman relawan yang tidak siap dari segi fisik maupun peralatan yang tidak memadai sehingga justru menghambat proses evakuasi yang kami rencanakanevakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi dilanjutkan. Dua kantong jenazah lagi tiba di Lanud Halim pukul 07.27 WIB menggunakan helicopter Basarnas HR 1518. Tim evakuasi Halim memindahkan kantong jenazah tersebut dari helicopter menuju mobil ambulans. Selanjutnya ambulans tersebut membawa kantong jenazah ke RS Polri Kramatjati.
Kantong-kantong jenazah yang telah tiba di RS Polri kemudian diidentiikasi oleh Tim DVI (Disaster Victim Identification). Hingga saat ini pihak Basarnas belum bisa memastikan berapa jumlah korban yang telah dievakuasi. Hal itu karena dalam satu kantong jenazah berisi beberapa potongan jenazah yang bisa saja terdiri dari beberapa orang korban.
Pihak Basarnas menyerahkan proses identifikasi sepenuhnya kepada Tim DVI Polri. Sementara berdasarkan informasi dari posko Cijeruk, cuaca di Gunung Salak pagi ini berkabut tebal dan angin cukup kencang
anggota senkom ikut bergabung untuk mkabupaten bogor dan sukabumi bergabung di pos bawah dilarang naik ke gunung karena sudah cukup di atas yang dperbolehkan team dari rusia saja untuk ikut evakuasi dan ini foto anggota senkom yang ikut bergabung di pos membantu tim SAR yang lain
sumber : basarnas
BPBD Siapkan 10 Perangkat Peringatan Dini Tsunami Manual Jangkau Seluruh Wilayah Pantai Pacitan
Berbeda dengan TEWS bantuan dari pusat yang serba digital, perangkat peringatan dini manual ini merupakan hasil modifikasi BPBD yang menerapkan tekhnologi gelombang radio very high frequency (VHF). Menurut Kepala Pelaksana Harian BPBD setempat Tri Mudjiharto, upaya ini diambil untuk menyiasati kondisi geografis Pacitan yang bergunung.
Pembuatan dan pemasangan perangkat peringatan dini ini sendiri akan dilakukan bertahap hingga 5 tahun kedepan. Ini karena, anggaran yang dialokasikan di APBD sangat terbatas. Untuk satu unit perangkat dibutuhkan dana antara 20 hingga 30 juta rupiah. Menara sirine ini nantinya akan dipasang di masjid atau mushola agar perawatanya bisa dilakukan oleh masyarakat. Pihak masjid juga dapat memanfaatkan perangkat tersebut untuk kepentingan masjid atau lingkungan, semisal mengumandangkan adzan atau tanda imsak dan buka puasa di bulan Ramadhan.
Meskipun memanfaatkan tekhnologi rakitan, namun tandas Tri Mudjiharto dampak manfaat dari perangkat ini sangat membantu masyarakat yang tinggal di zona rawan tsunami. Sirine yang dipasang di menara suaranya mampu menjangkau radius 1 hingga 2 kilometer.Bahkan, kecepatan sinyal radio yang dikirim ke masing-masing perangkat peringatan dini sangat cepat yakni terpaut 1 hingga 2 detik. (Pacitan Online)
Sosialisasi Program Antisipasi Tsunami di Pacitan oleh Sekretaris Utama BNPB
JTV Pacitan - Sosialisasi Program Antisipasi Tsunami di Pacitan oleh Sekretaris Utama BNPB bersama Rombongan BNPB, BPBD Prov Jateng, BPBD Prov Jatim dan BPBD Kab. Pacitan (Minggu, 6 Mei 2012).
ANCAMAN GEMPA BESAR SEMAKIN TERENDUS
RMOL. Hasil penelitian yang dilakukan Komunitas Pemerhari Seismik Indonesia (KPSI) memperlihatkan potensi gempa besar, megathrust, atau mega-gempa dalam waktu dekat. Setidaknya dalam enam bulan yang akan datang.Hasil penelitian ini disampaikan KPSI saat berkunjung ke kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB), Andi Arief di Sekretariat Negara, Jalan Veteran, Jumat siang tadi (4/5 ).
Dalam presentasinya, Edie Nugroho dan Hendra Cipta dari KPSI mengungkapkan bahwa selama ini anggota KPSI telah mempublikasikan aktifitas seismik di wilayah Indonesia terutama yang mengalami “kenaikan” sebagai salah satu bentuk peringatan dini atau early warning di wilayah potensi gempa.
KPSI juga menyebarluaskan juga kejadian kegempaan baik di Indonesia maupun di dunia dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui social media dan jejaring telekomunikasi lainya. Selain itu KPSI juga melakukan inisiatif mengajak masyarakat mempersiapkan sumber daya secara mandiri dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakat agar dapat segera merespon kejadian bencana.
Kepada Andi Arief, KPSI memberikan bahan tertulis hasil kajian yang mereka lakukan meliputi pola kegempaan secara global dan yang akan terjadi di wilayah Indonesia.
"Informasi yang disajikan bukan berbentuk kabar untuk mempertakut. Namun lebih mengarah pada kesiapsiagaan masyarakat," ujar Edie.
KPSI juga mengharapkan agar Andi Arief dapat mendorong dan memotivasi berbagai komunitas kebencanaan dan organisasi masyarakat, agar meningkatkan pemahaman kebencanaan serta kembali mensosialisasikannya ke masyarakat luas.
Beberapa kajian yang diserahkan KPSI antara lain Analisa Kegempaan Sumatera karya Nuskan Syarif, Analisa Magnetometer karya Hendra Cipta, Analisis Gempa Bumi Siberut karya Iwan Rakelta dan Spot Awan Elektromagnet yang ditulis Dedi Roshadi.
Andi Arief yang didampingi para ahli, antara lain DR. Budiarto Ontowirjo dan DR. Basroni Kiran, menyambut positif serta mengapresiasi apa yang telah di lakukan KPSI.
“Saya terharu dengan dedikasi rekan-rekan dari KPSI yang telah melakukan kajian, sosialisasi kepada masyarakat tentang potensi gempa bumi, sampai menciptakan alat pemantau gempa secara independen.” uajr Andi.
Dalam pertemuan itu juga, dilakukan demonstrasi alat sensor seismic portable yang dibuat secara mandiri oleh Yudi Hernawan Anggrianto dari KPSI, seorang mahasiswa dari Jogja.
Menurut Yudi, alat sensor seismik ini tercipta dikarenakan keprihatinan terhadap keadaan pada tahun 2010 di saat Gunung Merapi Yogyakarta bergejolak. Alat portable ini telah diujicoba di beberapa tempat dan sampai saat ini masih terpasang di beberapa titik pemantauan. Dalam pertemuan antara Andi Arief dan KPSI tersebut juga di resmikan nama alat tersebut dengan nama: Waspada Meter.
Di akhir pertemuan, KPSI mengingatkan Andi Arief sesuai dengan hasil kajian mereka bahwa dalam 6 bulan kedepan Indonesia memiliki potensi mengalami kejadian megathrust di beberapa wilayah. Terhadap peringatan tersebut DR. Budiarto Ontowirjo menyampaikan bahwa pihaknya juga telah mendapatkan laporan serupa dari para ahli kebencanaan.
“Untuk itu yang paling penting adalah, mengajak masyarakat untuk terus melakukan Mitigasi secara lebih proporsional dan profesional," demikian Andi. [guh]
Syams©
MENDIKBUD LUNCURKAN PEDOMAN PENERAPAN SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA











