RSS

Perwakilan Masyarakat Adat se-Indonesia Ikut Pelatihan di Cisitu Lebak


LEBAK; Puluhan perwakilan masyarakat adat se-Indonesia mengikuti kegiatan pelatihan pemetaan partisipatif, GIS dan Database di Pendopo Kaolotan Cisitu Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak. Kegiatan yang digelar pengurus besar Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Kesatuan Sesepuh Adat Cisitu Banten Kidul itu bekerjasama dengan Jaringan Kerja Pemetaan Partisifatif (JKPP) dan Forest Watch Indonesia (FWI).

Sekretaris Jendral (Sekjen) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Abdon Nababan mengatakan, pelatihan akan berlansung selama dua minggu, yaitu sejak Sabtu (23/1) hingga Jumat (6/2). Selain mengikuti rangkaian kegiatan pelatihan, peserta juga diajak lebih mengenal budaya kaolotan Cisitu yang ada di perbatasan Provinsi Banten dan Jawa Barat.

“Kami salut dan bangga karena Kaolotan Cisitu telah mampu merubah pola hidup masyarakat ke arah yang lebih baik dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai budaya adat leluhurnya yang telah ribuan tahun eksis. Hal-hal yang positif positif seperti itu nantinya dapat dikembangkan di wilayah komunitas adatnya masing-masing,” ujarnya

Selain itu Abdon juga mengatakan, para peserta merasa bangga kepada satuan kerja non vertical Banten dalam hal ini Direktorat Jendral PU Cipta Karya dan Pemprov Banten, Pemda Lebak yang telah membangun fasilitas adat yang megah dengan biaya tidak sedikit yang didanai pemerintah dari APBN 2009 yang dilaksanakan melalui program satuan non vertical (SNVT) Banten Direktorat Jendral PU Cipta Karya yaitu sebesar Rp1,37 miliar.

“Diharapkan kedepan Kaolotan Cisitu ini menjadi daerah tujuan wisata. Sebab selain memiliki budaya adat, udaranya sejuk dan nyaman juga panoramanya indah sekali. Untuk menuju ke arah sana kami kira harus didukung pula oleh infrstruktur jalan yang memadai,” harapnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris kaolotan Cisitu Yoyo Yohenda yang akrab di Uta kepada sejumlah Wartawan, menuturkan, kegiatan tersebut diikuti tidak kurang dari 54 peserta dari berbagai perwakilan masyarakat adat di tanah Indonesia yang diantaranya, wilayah Jawa, Provinsi Bengkulu, Sulawesi Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat dan Banten selaku tuan rumah.

“Selaku tuan rumah kegiatan, masyarakat merasa bangga karena telah dipilih menjadi tuan rumah kegiatan yang melibatkan peserta dari beberapa provinsi di Indonesia dan diharapkan dari hasil kegiatan ini mempu membawa ke arah yang lebih baik sesuai cita-cita kasepuhan Cisitu yaitu “yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya dan tetap menjungjung tinggi nilai-nilai leluhur adat kasepuhan cisitu serta hormat dan patuh pada Undang-undang Dasar,” terangnya (INI-Iyan Dahlan)

sumber: www.inibanten.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sungai Meluap, Ratusan Rumah Terendam

RAJEG - Banjir masih menjadi ancaman warga di sejumlah wilayah di Kabupaten Tangerang. Kemarin, ratusan rumah di wilayah ini kembali terendam banjir. Genangan air mencapai sepinggang orang dewasa.
Di Desa Mekarsari, Rajeg, banjir sedikitnya merendam seratusan rumah warga di Perumahan Mekarsari. Saroni (37), warga di perumahan itu mengatakan banjir yang melanda perumahan ini terjadi akibat sungai di sekitar perumahan itu meluap. “Sungai meluap setelah hujan deras subuh tadi (kemarin / 19 Jan '10-red). Air sungai langsung naik dan masuk ke perumahan,” kata Saroni.
Diceritakan Saroni, banjir mulai terasa sekitar pukul 06.00. Ketinggian air di perumahan itu bervariasi. Hingga menjelang tengah hari, air masih merendam rumah-ruman warga. Warga pun bersiap menyelamatkan barang-barangnya khawatir air semakin tinggi. Selain merendam rumah-rumah warga, banjir di wilayah ini juga menggenangi sejumlah ruas jalan.
Selain di Desa Mekarsari, Rajeg, banjir juga terjadi di Perumahan Kutabumi, Pasar Kemis. Di perumahan yang terletak di pinggir Jalan Cadas-Kukun ini, genangan air juga masuk hingga ke rumah-rumah warga. Akses jalan utama menuju perumahan itu pun nyaris putus. Tidak ada kendaraan bermotor yang berani melintas jalan tersebut.
Informasi yang diterima, banjir di perumahan ini sudah sering kali terjadi. Banjir di perumahan terjadi sejak pukul 09.00. Ketinggian air makin lama makin naik hingga masuk ke rumah-rumah warga. Baru sekitar pukul 12.00 air mulai surut.
Salah seorang warga, Irawan, mengatakan banjir di perumahan itu disebabkan daya tampung saluran air yang tidak memadai. Lokasi perumahan yang berada di bawah sungai menyebabkan air hujan tidak cepat mengalir ke Sungai Cirarab. “Perumahan ini sering banjir kalau hujannya lama. Tapi surutnya juga cepat,” kata Irawan.
Meski genangan air sempat masuk ke dalam rumah, warga di perumahan itu tidak ada yang mengungsi. Mereka hanya menyelamatkan barang-barangnya ke tempat yang lebih tinggi di dalam rumah.
Wilayah ini merupakan salah satu daerah yang sering terjadi banjir di Kabupaten Tangerang. Selain Kecamatan Pasar Kemis, ada delapan kecamatan lainnya yang menjadi daerah langganan banjir. Yakni, Kecamatan Tigaraksa, Solear, Kresek, Teluknaga, Sepatan, Pakuhaji, Kosambi dan Kecamatan Kronjo.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos) Kabupaten Tangerang Atep Wahyu menyatakan Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana siap menghadapi banjir tahun ini. Untuk kebutuhan logistik, telah disiapkan stok untuk dua bulan ke depan. Untuk personel atau petugas siaga bencana, Dinkesos memiliki 160 petugas Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang tersebar di 29 kecamatan. Selain itu, masih ada 50 petugas reaksi cepat dalam strukur Tagana.
Atep mengatakan, Satkorlak terus memantau kondisi di 57 titik yang ditetapkan sebagai daerah rawan banjir. Masyarakat di wilayah itu pun diminta tetap waspada. (bha/cr-9)

sumber: radar banten

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tiga Gunung di Pandeglang Jadi Sasaran Penghijauan


PANDEGLANG | Tiga gunung yang ada di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yakni Gunung Aseupan, Karang dan Pulosari atau biasa disebut Akarsari menjadi sasaran penghijauan guna kelestarian hutan di kawasan itu.
“Untuk mengembalikan dan melestarikan lingkungan kita terus melakukan penghijuan di antaranya dilaksanakan di tiga gunung tersebut,” kata Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Pandeglang Tata Nanzar di sela-sela kegiatan reboisasi gabungan di kawasan Gunung Pulosari, Minggu (10 Jan '10).
Menurut dia, kawasan Akarsari (Aseupan, Karang dan Pulosari) keberadaannya sangat vital tidak hanya bagi Kabupaten Pandeglang tapi juga untuk Provinsi Baten karena menjadi sumber resapan air utama untuk mencukupi kebutuhan air bagi masyarakat setempat.
Kawasan Akarsari memiliki luas 7.600 haktare (ha) dan kondisinya kini cukup bagus karena hanya sedikit yang mengalami kerusakan. Ia menjelaskan, kawasan Akarsari dibagi menjadi dua bagian yakni kawasan hutan lindung dan hutan rakyat dengan tanggung jawab pengelolaan oleh PT Perhutani.
“Memang di sekitar kawasan Akarsari ada hutan rakyat, namun demikian kegiatan penebangan pohon tidak bisa dilakukan begitu saja, harus tetap hati-hati agar daerah resapan air tidak rusak,” ujarnya. Mengenai realisasi penanaman pohon selama 2009, menurut dia, berhasil melampaui target yang ditetapkan.
“Selama 2009 kita manargetkan penanaman pohon sebanyak 2,5 juta batang melalui program `one man one tree`, dan hingga saat ini jumlah pohon yang telah ditanam mencapai 2,937 juta batang,” katanya.
Dari total pohon yang telah ditanam itu, kata dia, sebanyak 200 ribu batang di antaranya bantuan dari Balai Pusat Daerah Aliran Sungan (BP DAS), 190 ribu dari Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Pandeglang, 600 ribu batang stackholder, dan sisanya swadaya masyarakat.
Jenis tanaman bantuan dari BP DAS di antaranya albazia sebanyak 20 ribu batang, mahoni 37 ribu batang, gemelia 35 ribu batang dan massopulai 28 ribu batang serta pulai 25 ribu batang. Sedangkan dari Distanbun seperti kakao, cengkih dan jenis tanaman perkebunan lainnya, dari stackholder dan swadaya masyarakat sebagian besar albazia.
Tata juga menjelaskan, kegiatan penanaman dengan melibatkan berbagai elemen termasuk masyarakat akan terus dilakukan sehingga lahan kritis di daerah itu bisa berkurang. Saat ini luas lahan kritis yang ada di daerah itu mencapai 52 ribu ha dan 42 ribu ha di antaranya merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Untuk menghijaukan kembali lahan itu dibutuhkan waktu cukup lama dengan kebutuhan bibit mencapai jutaan batang. Pemerintah, kata dia, sejak beberapa tahun lalu terus berupaya untuk menghijaukan kembali lahan kritis itu melalui berbagai program seperti Gerhan dan aksi penanaman serentak.
“Kita juga patut bersyukur karena masyarakat Pandeglang termasuk senang menanam pohon jadi ketika dihimbau untuk menanam pohon mereka pun sangat antusias,” katanya.(Ant/hid)

sumber: koran banten

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Banten Siap Tingkatkan Penanggulangan Bencana



SERANG - Pemerintah Provinsi Banten sedang menyiapkan usulan peningkatan manajemen standar operasional prosedur (SOP) internasional dalam penanggulangan bencana di daerah.
Komandan Korem 064 Maulana Yusuf, Kol Inf Endro Warsito di Serang, Kamis (14/1) mengatakan, peningkatan SOP penanggulangan bencana yang berstandar internasional di Banten diperlukan mengingat potensi bencana di Banten lebih besar dibanding daerah lain.
"Potensi bencana di Banten lebih besar dibanding daerah lain, karena ada 14 kemungkinan bencana yang mengintai Banten," kata Endro Warsito usai rapat koordinasi manajemen penanggulangan bencana bersama Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan Muspida Banten,
Endro mengatakan, 14 kemungkinan bencana di Banten tersebut diantaranya adalah, gempa, tsunami, banjir, bencana meledaknya pabrik kimia, angin puting beliung, gunung meletus dan terorisme.
Sehingga, dengan banyaknya kemungkinan bencana itu, maka SOP atau manajemen penanganan bencana di Banten perlu ditingkatkan dengan melibatkan pihak yang lebih luas yakni Internasional.
Menurut Endro, rapat koordinasi penanggulangan bencana tersebut merupakan tindak lanjut dari workshop Southeast Asia Disaster Managemen Cooperation (SEADMC) di Banten beberapa waktu lalu, yang diikuti tujuh perwakilan negara-negara Asia Pasifik.
"Saya melihat saat ini kesiapan penanganan bencana belum sesuai harapan. Salah satunya kurangnya disiplin dalam tugas dan fungsi masing-masing pihak terkait," kata Endro.
Sementara itu, Gubernur Banten, Hj Ratu Atut Chosiyah mengatakan, ia akan segera meminta koreksi kepada perwakilan PBB di Indonesia terkait usulan peningkatan manajemen atau SOP internasional dalam penanggulangan bencana di Provinsi Banten.
Ia menjelaskan, apabila Banten sudah memiliki SOP internasional akan mendapatkan perhatian dan bantuan dalam penanggulangan bencana dari pihak Internasional.
"SOP ini tidak terkait dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Banten yang belum terbentuk. Jadi tidak menunggu BPBD terbentuk, karena saat ini masih ada Satkorlak," katanya.
Kepala Kesbangpol yang juga Sekretaris Satkorlak Penanggulangan Bencana Provinsi Banten Suroto mengatakan, perlunya SOP internasional bukan berarti SOP yang ada tidak siap.
Namun untuk lebih memperbaiki yang sudah ada, serta SOP internasional memudahkan mendapat bantuan dari dunia internasional dalam penanggulangan bencana.
"Kita tidak berharap bencana terjadi, namun kesiap-siagaan harus dilakukan dengan lebih baik," kata Suroto.
Rapat koordinasi manajemen penanganan bencana di Pendopo Gubernur Banten juga dihadiri Kapolda Banten Brigjen Pol Rumiah, Danlanal Banten Kolonel S Irawan, Wakil Gubernur Banten HM Masduki dan perwakilan kabupaten/kota serta SKPD dan instansi terkait. (yus/sdh)

sumber: www.bantenklikp21.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gempa Haiti: Ribuan dikhawatirkan tewas




Presiden Haiti, Rene Preval, mengatakan ribuan orang dikhawatirkan meninggal menyusul gempa bumi hebat yang menghancurkan ibukota Port-au-Prince. Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan kepala misi PBB di Haiti bersama wakilnya termasuk diantara lebih seratus staff yang masih belum diketemukan hingga sekarang.


Gempa berkekuatan 7 Richter yang terjadi pada hari Selasa merupakan yang terkuat yang pernah menghantam Haiti dalam dua abad terakhir. Perdana Menteri Jean-Max Bellerive mengatakan kekhawatirannya kepada jaringan CNN bahwa sedikitnya 100 ribu tewas dalam bencana ini.



Palang Merah mengatakan sekitar tiga juta orang menjadi korban. Uskup Agung Port-au-Prince, Monsignor Joseph Serge Miot, dilaporkan diantara mereka yang tewas.


Dalam wawancara pertama sejak gempa terjadi, Presiden Preval mengatakan kepada harian Miami Herald di Amerika bahwa ia khawatir ribuan orang telah tewas. Ia menggambarkan suasana di ibukota sebagai tak terbayangkan dan menambahkan: ''Gedung parlemen ambruk. Kantor pajak hancur. Gedung sekolah runtuh. Rumah sakit luluh lantak.''

''Banyak sekolah dipenuhi dengan mayat di dalamnya.''



Penjara terbesar di Port-au-Prince juga ambruk dan jurubicara program kemanusiaan PBB mengatakan adanya laporan narapidana yang melarikan diri. Beberapa negara termasuk Amerika, Inggris dan Venezuela sedang bersiap untuk mengirimkan bantuan mereka.


Berbicara di Washington, Presiden Obama berjanji akan memberikan bantuan sepenuhnya untuk Haiti yang disebutnya mengalami bencana yang tak terperi. Ia mengatakan telah memerintahkan sebuah upaya penyelamatan yang cepat, rapi dan agresif dan bahwa tim bantuan pertama Amerika akan mendarat dalam beberapa jam lagi.




Kapal induk USS Vincent dan beberapa kapal lebih kecil lainnya diperkirakan akan mencapai Haiti dalam beberapa hari mendatang. Rajiv Shah dari badan bantuan pembangunan internasional, USAID, mengatakan tim mereka sedang dalam perjalanan ke Haiti dengan membawa peralatan khusus dan beberapa upaya pertolongan telah mereka berikan di lapangan.


Bantuan internasional

Gempa bumi yang berpusat sekitar 15 km arah barat-daya Port-au-Prince diikuti oleh dua gempa susulan tercatat 5,9 dan 5,5 pada skala Richter. Pejabat PBB mengatakan sedikitnya lima orang tewas ketika gedung bertingkat lima yang menjadi markas PBB di Port-au-Prince ambruk dan 200 staffnya masih belum diketemukan hingga sekarang.


''Sekitar 115 hingga 200 pegawai PBB belum diketemukan,'' kata Elizabeth Byrs, jurubicara kantor PBB untuk urusan kemanusiaan kepada AFP.



Sekjen PBB Ban Ki-moon membenarkan bahwa Hedi Annabi, kepala misi PBB untuk Haiti asal Tunisia, dan wakilnya masih belum diketemukan. Ia mengatakan pantauan udara menunjukkan Port-au-Prince telah hancur dihantam gempa walau daerah lain relatif mengalami kerusakan yang tidak berarti.



Sambil menekankan diperlukannya bantuan besar-besaran dari luar, Ban mengatakan PBB akan dengan segera menyumbang $10 juta yang diambil dari dana bantuan daruratnya. Bandara di Port-au-Prince dan sebuah pangkalan logistik PBB sudah berfungsi kembali sehingga memungkinkan bantuan untuk masuk.



Militer Brasil mengatakan 11 anggota pasukan perdamaian asal Brasil tewas dan sejumlah besar lainnya belum diketemukan. Cina sementara itu memperkirakan delapan anggota pasukan perdamaian mereka tewas dan sepuluh lainnya hilang. Sementara Jordania mengatakan tiga anggota pasukan perdamaian mereka tewas.

sumber: BBC Indonesia
foto-foto: www.boston.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUSDUR In Memoriam



Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dengan dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional.

LATAR BELAKANG

Gus Dur dilahirkan 4 Agustus 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, keluarga Muslim berpengaruh di Indonesia. Ayahnya, Wahid Hasyim, adalah mantan Menteri Agama pada 1945. Kakeknya, Hasyim Ashari, adalah satu dari pemimpin Muslim terbesar pada pergantian abad 2000 lalu. Gus Dur mengikuti tradisi keluarga dengan belajar di banyak pesantren. Nama Gus Dur diambil dari tradisi di daerahnya, dimana penduduk setempat menyebut seorang putra dari keluarga elit dengan sebutan ‘Gus’.

Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya’ban, sama dengan 7 September 1940.

Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”. Kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama “Wahid”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati “abang” atau “mas”.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.


Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.

Pada tahun 1944, Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada disana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir perang tahun 1949, Wahid pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari.

Wahid juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Pendidikan Wahid berlanjut dan pada tahun 1954, ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo.

Ia mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri, Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya.

Ia juga sempat mempelajari sastra dan ilmu sosial di Fakultas Sastra Universitas Baghdad, Irak. Hari-hari kuliahnya bersamaan dengan timbulnya kekuasaan partai Baath, partai sosialisnya Saddam Hussein, yang menarik banyak pengikut. Dengan latarbelakang ini, ia juga sempat digosipkan sebagai ‘sosok berbau kiri’ pada masa Orba.

Dari Baghdad, ia kembali ke Indonesia 1974 dan mulai berkarir sebagai ‘cendekiawan’ dengan menulis sejumlah kolom di berbagai media massa nasional. Pada akhir dasawarsa 70-an, suami dari Sinta Nuriyah, ini sudah berhasil mengukuhkan diri sebagai satu dari banyak cendekiawan Indonesia yang paling terkenal dan laris pula sebagai pembicara publik.

Nama Gus Dur makin mencuat setelah terpilih sebagai ketua umum PBNU, dalam Muktamar NU di Situbondo tahun 1984. Saat itu hubungan NU dengan pemerintah sedang mesra-mesranya. Kendati dalam perjalanan selanjutnya, Gus Dur tak selalu berkompromi dengan pemerintah. Misalnya, ketika pemerintah berencana mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Muria, Gus Dur menentangnya. Demikian pula ketika Habibie mendirikan ICMI, Gus Dur mengadakan perlawanan dengan mendirikan Forum Demokrasi.

Gus Dur pun tergolong rajin melontarkan kritik kepada pemerintah. Kritikan itu lama-lama menyebabkan Pak Harto risih. Puncaknya terjadi pada Mukhtamar NU di Cipasung 1994. Pemerintah berupaya menjegal Gus Dur. Tapi Gus Dur tetap terpilih untuk periode kedua. Hal ini terekspresikan dari ketidaksudian Presiden Soeharto menerima Gus Dur dan pengurus PBNU lainnya.

Di masa Orba, saat Soeharto amat berkuasa, Gus Dur, dikenal sebagai salah seorang tokoh yang licin untuk dikuasai. Bahkan Gus Dur dapat memanfaatkan Keluarga Cendana dengan mengajak Mbak Tutut berkeliling mengunjungi pondok-pondok pesantren. Gus Dur juga beberapa kali menyempatkan diri mengunjungi Pak Harto setelah lengser.

Salah satu kiprah Gus Dur yang paling menonjol saat memimpin NU, adalah ketika ia membawa organisasi itu kembali ke khittahnya, keluar dari politik praktis pada 1984. Kendati, pada tahun 1999, ia pula yang membawa NU kembali ke dunia politik meski dalam format yang berbeda karena dilakukan melalui pembentukkan PKB, partai yang selalu dirujuk sebagai ‘anak kandung’ NU.

"Islam janganlah dihayati sebagai ideologi alternatif. Ia harus dilihat sebagai hanya salah satu elemen ideologis yang melengkapi bangunan keindonesiaan yang telah terbentuk"

KH. Abdurrahman Wahid

FENOMENAL & KONTROVERSIAL

Dia akrab disapa Gus Dur, Sang Bapak Bangsa yang sering melontarkan pendapat kontroversial. Bahkan ketika menjabat Presiden RI ke-4 (20 Oktober 1999 - 24 Juli 2001), ia tak gentar mengungkapkan sesuatu yang diyakininya benar kendati banyak orang sulit memahami dan bahkan menentangnya.

Kendati suaranya sering mengundang kontroversi, tapi suara itu tak jarang malah menjadi kemudi arus perjalanan sosial, politik dan budaya ke depan. Dia memang seorang yang tak gentar menyatakan sesuatu yang diyakininya benar. Bahkan dia juga tak gentar menyatakan sesuatu yang berbeda dengan pendapat banyak orang. Jika diselisik, kebenaran itu memang seringkali tampak radikal dan mengundang kontroversi.

Kendati pendapatnya tidak selalu benar — untuk menyebut seringkali tidak benar menurut pandangan pihak lain — adalah suatu hal yang sulit dibantah bahwa banyak pendapatnya yang mengarahkan arus perjalanan bangsa pada rel yang benar sesuai dengan tujuan bangsa dalam Pembukaan UUD 1945.

Pendapatnya seringkali terlihat tanpa interes politik pribadi atau kelompoknya. Ia berani berdiri di depan untuk kepentingan orang lain atau golongan lain yang diyakninya benar. Malah sering seperti berlawanan dengan suara kelompoknya sendiri. Juga bahkan ketika ia menjabat presiden, sepetinya jabatan itu tak mampu mengeremnya untuk menyatakan sesuatu. Sepertinya, ia melupakan jabatan politis yang empuk itu demi sesuatu yang diyakininya benar. Sehingga saat ia menjabat presiden, banyak orang menganggapnya aneh karena sering kali melontarkan pernyataan yang mengundang kontroversi.

POLITIKUS ULUNG

Ketika itu, pada Sidang Umum MPR 1999, Poros Tengah yang gagal menggolkan salah seorang tokohnya sendiri menjadi presiden (BJ Habibie, Amien Rais, Hamzah Haz dan Yusril Ihza Mahendra), merangkul Gus Dur untuk dapat mengalahkan Megawati Sukarno-putri.

Gus Dur, yang terkenal piawai dalam berpolitik, dengan cekatan menangkap peluang ini. Sehingga Megawati yang partainya memenangkan Pemilu akhirnya hanya mendapatkan kursi wapres. Terpilihnya Gus Dur ini, sekali lagi telah menunjukkan sosok kontroversial. Kontroversi dalam kelayakan politik demokrasi. Kontroversi mengenai kondisi pisik Gus Dur sendiri. Namun harus diakui, itulah Gus Dur, dengan kepiawian dan keunggulannya yang melebihi kapasitas banyak orang! Kalau bukan Gus Dur, hal itu sangat mustahil terjadi.

Padahal tak heran bila pada mulanya ia dianggap hanya sebagai umpan oleh sebuah konspirasi kepentingan politik. Sebab dari perolehan suara PKB dan kondisi kesehatan, Gus Dur dianggap sangat mustahil bisa menjadi presiden. Namun, dengan kepiawian Gus Dur memainkan bola yang digulirkan Poros Tengah (ketika itu merupakan koalisi partai-partai berbasis Islam minus PKB) bergandeng tangan dengan Golkar, SU-MPR menolak pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie. Hal ini secara etis memaksa BJ Habibie mengundurkan diri dari pencalonan presiden pada detik-detik terakhir.


Malam setelah penolakan pertanggungjawaban Habibie dan sebelum pagi hari pemilihan presiden, tokoh-tokoh Golkar dan Poros Tengah mengadakan pertemuan di kediaman Habibie. Mereka mencari pengganti BJ Habibie. Alternatif pertama, Akbar Tanjung selaku Ketua Umum Golkar. Kelompok Iramasuka yang dimotori AA Bramuli menolak. Lalu muncul nama Hamzah Haz, Ketua Umum PPP. Dinilai tidak kuat melawan Megawati. Terakhir, menjelang subuh muncul nama Amien Rais, Ketua Umum PAN.

Diperkirakan Amien dapat memenangkan suara, bercermin dari perolehan suara pada pemilihan Ketua MPR yang dimenangkan Amien Rais. Saat itu Gus Dur (memainkan trik politik) mendukung Amien Rais bersaing dengan Matori Abdul Djalil (Ketua Umum PKB) yang didukung PDIP. Akhirnya, dalam pertemuan di rumah BJ Habibie itu, nama Amien Rais disepakati menjadi calon presiden, dengan catatan Amien akan lebih dulu mengonfirmasikannya dengan Gus Dur.

Namun, sebelum konfirmasi itu dilakukan, PKB atas anjuran para kyai dan persetujuan Gus Dur telah lebih dulu secara resmi mendaftarkan pencalonan Gus Dur. Pencalonan secara resmi Gus Dur ini mengejutkan Poros Tengah (yang sering kali menyebut akan mencalonkan Gus Dur). Juga mengejutkan Golkar dan PDIP bahkan PKB sendiri. Sekali lagi, Gus Dur menunjukkan kepiawiannya yang kontroversial dan mengejutkan.

Peta politik berobah secara mengejutkan. Pencalonan Amien Rais diurungkan. Lalu muncul nama Yusril Ihza Mahendra (Ketua Umum PBB) dari kubu Poros Tengah resmi mencalonkan diri bersaing dengan Gus Dur dan Megawati. Munculnya nama Yusril membuat kubu Megawati sempat lebih optimis akan memenangkan pemilihan. Tapi, kemudian pencalonan Yusril dicabut setelah bertemu dengan Gus Dur. Sekali lagi Gus Dur menunjukkan kelasnya dalam berpolitik.

Gus Dur dari partai kecil (11%), mengalahkan Megawati dari partai pemenang Pemilu (35%). Komposisi keanggotaan MPR hasil Pemilu 1999 yang lebih 90 persen laki-Iaki itu, rupa-rupanya enggan memberikan suaranya kepada Gus Dur, antara lain karena alasan gender. Seorang pengamat politik LlPI menyebutnya sebagai kecelakaan sejarah. Bahkan Gus Dur sendiri pun rupanya merasa kaget dan heran dengan mengatakan: “Orang buta kok dipilih menjadi Presiden”.

Suasana di luar sidang memanas. Sebab MPR dinilai telah mengesampingkan suara rakyat yang tercermin dalam Pemilu. Namun, dalam kondisi ini, Gus Dur, sekali lagi, menunjukkan kehebatannya. Ia punya kiat yang jitu. Ia merangkul Megawati. PKB secara resmi mencalonkan Megawati dalam perebutan kursi Wakil Presiden, bersaing dengan Hamzah Haz yang didukung Poros Tengah. Megawati pun menang.

Saat itu, tampaknya Gus Dur sangat menyadari kelemahannya. Dalam sambutan pertama beberapa saat setelah ia memenangkan pemilihan presiden, ia mengucapkan terimakasih kepada Megawati dan PDIP yang tidak mempermasalahkan faktor kesehatan pisiknya.

Pada awalnya banyak orang optimis bahwa duet Gus Dur-Megawati, yang sejak lama sudah ‘bersaudara’, akan langgeng dan kuat. Apalagi ditopang dengan susunan Kabinet Persatuan yang mengakomodir hampir semua kekuatan politik dan kepiawian Gus Dur dalam berpolitik.

Namun seperti kata pepatah: Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh ke tanah jua. Di mata banyak orang, kepercayaan diri Gus Dur tampak terlalu berlebihan. Ia sering kali melontarkan pendapat dan mengambil kebijakan yang kontroversial. Penglihatannya yang semakin buruk mungkin juga dimanfaatkan oleh para pembisik di sekitarnya.

Belum satu bulan menjabat presiden, mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (1984-1999) ini sudah mencetuskan pendapat yang memerahkan kuping sebagian besar anggota DPR. Di hadapan sidang lembaga legislatif, yang anggotanya sekaligus sebagai anggota MPR, yang baru saja memilihnya itu, Gus Dur menyebut para anggota legislatif itu seperti anak Taman Kanak-Kanak.

Tak lama kemudian, ia pun menyatakan akan membuka hubungan dagang dengan Israel, negara yang dibenci banyak orang di Indonesia. Pernyataan ini mengundang reaksi keras dari beberapa komponen Islam. Berselang beberapa waktu, ia pun memecat beberapa anggota Kabinet Persatuan-nya, termasuk Hamzah Haz (Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan). Berbagai kebijakan dan pemecatan ini membuatnya semakin nyata jauh dari konspirasi kepentingan politik yang memungkinkan-nya terpilih menjadi presiden.

Gus Dur pun sering kali mengganti anggota kabinetnya dengan semaunya berpayung hak prerogatif. Tindakan penggantian menteri ini berpuncak pada penggantian Laksamana Sukardi (PDIP-pemenang Pemilu 1999) dari Jabatan Meneg BUMN dan Jusuf Kalla (Golkar-pemenang kedua Pemilu 1999) dari jabatan Menperindag, tanpa sepengetahuan Wapres Megawati dan Ketua DPR Akbar Tandjung.

DPR menginterplasi Gus Dur. Mempertanyakan alasan pemecatan Laksamana dan Jusuf Kalla yang dituding Gus Dur melakukan KKN. Tudingan yang tidak dibuktikan Gus Dur sampai akhir. Sejak saat itu, Megawati mulai dengan jelas mengambil jarak dari Gus Dur. Dukungan politik dari legislatif kepada Gus Dur menjadi sangat rendah. Di sini Gus Dur tampaknya alpa bahwa dalam sebuah negara demokrasi tidak mungkin ada seorang presiden (eksekutif) dapat memimpin tanpa dukungan politik (yang terwakili dalam legislatif dan partai).

Anehnya, setelah itu Gus Dur justru semakin lantang menyatakan diri mendapat dukungan rakyat. Sementara sebagian besar wakil rakyat di DPR dan MPR semakin menunjukkan sikap berbeda, tidak lagi mendukung Gus Dur. Lalu terkuaklah kasus Buloggate dan Bruneigate. Gus Dur diduga terlibat. Kasus ini membuahkan memorandum DPR. Setelah Memorandum II tak digubris Gus Dur, akhirnya DPR meminta MPR agar menggelar Sidang Istimewa (SI) untuk meminta pertanggungjawaban presiden.

Gus Dur melakukan perlawanan, tindakan DPR dan MPR itu dianggapnya melanggar UUD. Ia menolak penyelenggaraan SI-MPR dan mengeluarkan dekrit membubarkan DPR dan MPR. Tapi Dekrit Gus Dur ini tidak mendapat dukungan. Hanya kekuatan PKB dan PDKB (Partai Demokrasi Kasih Bangsa) yang memberi dukungan. Bahkan, karena dekrit itu, MPR mempercepat penyelenggaraan SI pada 23 Juli 2001. Gus Dur, akhirnya kehilangan jabatannya sebagai presiden keempat setelah ia menolak memberikan pertanggung-jawaban dalam SI MPR itu. Dan Wapres Megawati, diangkat menjadi presiden pada 24 Juli 2001.

Selepas SI-MPR, Gus Dur selaku Ketua Dewan Syuro PKB memecat pula Matori Abdul Djalil dari jabatan Ketua Umum PKB. Tindakan ini kemudian direspon Matori dengan menggelar Muktamar PKB yang melahirkan munculnya dua kepengurusan PKB, yang kemudian populer disebut PKB Batu Tulis (pimpinan Matori) dan PKB Kuningan (pimpinan Gus Dur-Alwi Sihab). Kepengurusan kembar PKB ini harus berlanjut ke pengadilan kendati upaya rujuk juga terus berlangsung.

"Demokrasi harus berlandaskan kedaulatan hukum dan persamaan setiap warga negara tenpa membedakan latar belakang ras, suku agama dan asal muasal, di muka undang-undang"

KH. Abdurrahman Wahid


BAPAK BANGSA, BAPAK PLURALISME

Setelah tidak lagi menjabat presiden, Gus Dur kembali ke kehidupannya semula. Kendati sudah menjadi partisan, dalam kapasitasnya sebagai deklarator dan Ketua Dewan Syuro PKB, ia berupaya kembali muncul sebagai Bapak Bangsa. Seperti sosoknya sebelum menjabat presiden.

Sebelumnya, Gus Dur adalah Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 38 juta orang. Namun ia bukanlah orang yang sektarian. Ia seorang negarawan. Tak jarang ia menentang siapa saja bahkan massa pendukungnya sendiri dalam menyatakan suatu kebenaran. Ia seorang tokoh muslim yang berjiwa kebangsaan.

Gus Dur sering berbicara keras menentang politik keagamaan sektarian. Pendiriannya sering menempatkannya pada posisi sulit, melawan pemimpin Islam lainnya di Indonesia. Seperti saat didirikannya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), yang diketuai BJ Habibie, Gus Dur secara terbuka menentang. Ia menyebut ICMI akan menimbulkan masalah bangsa di kemudian hari, yang dalam tempo kurang dari sepuluh tahun ternyata pernyataannya itu bisa dibuktikan benar atau tidak. Lalu, ia mendirikan Forum Demokrasi sebagai penyeimbang ICMI.

Meski diakui ia besar antara lain karena NU, visi politiknya diyakini rekan-rekan dekatnya sebagai melebihi kepentingan organisasi tersebut, bahkan kadang melampaui kepentingan Indonesia. Hal ini tercermin dari kesediaannya menerima kedudukan di Shimon Peres Peace Center dan saat dia mengusulkan membuka hubungan dengan Israel.

Ia juga dikenal sebagai sosok pembela yang benar. Apakah itu kelompok minoritas atau mayoritas. Pembelaannya kepada kelompok minoritas dirasakan sebagai suatu hal yang berani. Reputasi ini sangat menonjol di tahun-tahun akhir era Orde Baru. Begitu menonjolnya peran ini sehingga ia malah dituduh lebih dekat dengan kelompok minoritas daripada komunitas mayoritas Muslim sendiri. Padahal ia adalah seorang ulama yang oleh sebagian jamaahnya malah sudah dianggap sebagai seorang wali.

TINGGAL KENANGAN


Gus Dur berhati terbuka bagi semua minoritas, para tertindas, para korban pelanggaran hak-hak asasi manusia. Umat-umat minoritas merasa aman padanya. Gus Dur membuat mereka merasa terhormat, ia mengakui martabat mereka para minoritas, para tertindas, para korban.

Ada yang tidak mengerti mengapa Gus Dur begitu ramah terhadap agama-agama minoritas, tetapi sering keras terhadap agamanya sendiri. Namun, Gus Dur demikian karena ia begitu mantap dalam agamanya. Karena itu, ia tidak perlu defensif dan tidak takut bahwa agamanya dirugikan kalau ia terbuka terhadap mereka yang berbeda.

Apakah Gus Dur seorang demokrat? Ia sendiri sebenarnya lebih menyerupai kombinasi antara kiai dan raja Jawa. Namun, ia seorang demokrat dalam arti yang lebih mendalam. Ia betul-betul meyakini dan menghayati hak-hak asasi manusia. Ia tidak tahan melihat seseorang terinjak martabatnya, ia menentang kekejaman atas nama apa pun.

Ia juga pengamat sepakbola yang tajam daya analisisnya. Bahkan, setelah penglihatannya benar-benar terganggu, pada Piala Dunia Juni 2002 lalu, ia masih juga antusias memberi komentar mengenai proyeksi juara.

Selain menjadi idola bagi banyak orang, Gus Dur juga menjadi idola bagi keempat puterinya: Alisa Qortrunnada Munawarah (Lisa), Zannuba Arifah (Venny), Anisa Hayatunufus (Nufus) dan Inayah Wulandari (Ina). Hal ini tercermin dari pengakuan puteri sulungnya Lisa. Lisa bilang, sosok tokoh LSM Gus Dur menurun padanya, bakat kolumnis menurun ke Venny, kesastrawanannya pada Nufus dan sifat egaliternya pada Ina.


“Selamat Jalan Gus Dur”


sumber: www.scriptintermedia.com, www.gusdur.net


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BIODATA GUS DUR

ABDURRAHMAN WAHID

DATA PRIBADI

Kewarganegaran

:

Indonesia

Tempat, Tanggal Lahir

:

Jombang Jawa Timur, 4 Agustus 1940

Istri

:

Sinta Nuriyah

Anak

:

1. Alissa Qotrunnada Munawaroh (P)

2. Zannuba Arifah Chafsoh (P)

3. Annita Hayatunnufus (P)

4. Inayah Wulandari (P)

Alamat Rumah

:

Jl. Warung Silah No. 10, Ciganjur

Jakarta Selatan 12630 - Indonesia

PENDIDIKAN

1966-1970

:

Universitas Baghdad, Irak

Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab

1964-1966

:

Al Azhar University, Cairo, Mesir

Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah)

1959-1963

:

Pesantren Tambak Beras,

Jombang, Jawa Timur, Indonesia

1957-1959

:

Pesantren Tegalrejo,

Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

JABATAN

1998-Sekarang

:

Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa

2000-Sekarang

:

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Indonesia

2002-Sekarang

:

Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur

2004-Sekarang

:

Pendiri The WAHID Institute, Indonesia

PENGALAMAN JABATAN

1999-2001

:

Presiden Republik Indonesia

1989-1993

:

Anggota MPR RI

1987-1992

:

Ketua Majelis Ulama Indonesia

1984-2000

:

Ketua Dewan Tanfidz PBNU

1980-1984

:

Katib Awwal PBNU

1974-1980

:

Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng

1972-1974

:

Dekan dan Dosen Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang

PENGALAMAN ORGANISASI

2003

:

Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional

Penasehat

2002

:

Solidaritas Korban Pelanggaran HAM

Penasehat

1990

:

Forum Demokrasi

Pendiri dan Anggota

1986-1987

:

Festifal Film Indonesia

Juri

1982-1985

:

Dewan Kesenian Jakarta

Ketua Umum

1965

:

Himpunan Pemuda Peladjar Indonesia di Cairo –

United Arab Republic (Mesir)

Wakil Ketua

AKTIVITAS INTERNASIONAL

2003-Sekarang

:

Non Violence Peace Movement,

Seoul, Korea Selatan

Presiden

:

International Strategic Dialogue Center,

Universitas Netanya, Israel

Anggota Dewan Internasional bersama Mikhail Gorbachev, Ehud Barak and Carl Bildt

:

International Islamic Christian Organization for Reconciliation and Reconstruction (IICORR), London, Inggris

Presiden Kehormatan

2002-Sekarang

:

International and Interreligious Federation for World Peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat

Anggota Dewan Penasehat Internasional

2002

:

Association of Muslim Community Leaders (AMCL), New York, Amerika Serikat

Presiden

1994-Sekarang

:

Shimon Perez Center for Peace, Tel Aviv, Israel

Pendiri dan Anggota

1994-1998

:

World Conference on Religion and Peace (WCRP),

New York, Amerika Serikat

Presiden

1994

:

International Dialogue Project for Area Study and Law, Den Haag, Belanda

Penasehat

1980-1983

:

The Aga Khan Award for Islamic Architecture

Anggota Dewan Juri

PENGHARGAAN

2004

:

Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia

:

The Culture of Peace Distinguished Award 2003, International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia

2003

:

Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New York, Amerika Serikat

:

World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan

:

Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling laris "Dare to Fail", Kuala Lumpur, Malaysia

2002

:

Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,

Jakarta, Indonesia.

:

Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

2001

:

Public Service Award, Universitas Columbia ,

New York , Amerika Serikat

2000

:

Ambassador of Peace, International and Interreligious Federation for World peace (IIFWP),

New York, Amerika Serikat

:

Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary International

1998

:

Man of The Year, Majalah REM, Indonesia

1993

:

Magsaysay Award, Manila , Filipina

1991

:

Islamic Missionary Award , Pemerintah Mesir

1990

:

Tokoh 1990, Majalah Editor, Indonesia

DOKTOR KEHORMATAN

2003

:

Netanya University , Israel

:

Konkuk University, Seoul, South Korea

:

Sun Moon University, Seoul, South Korea

2002

:

Soka Gakkai University, Tokyo, Japan

2001

:

Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand

2000

:

Thammasat University, Bangkok, Thailand

:

Pantheon Sorborne University, Paris, France

1999

:

Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

HOBI

:

Mendengarkan dan menyaksikan pagelaran Wayang Kulit.

:

Mendengarkan musik, terutama lagu-lagu karya Beethoven berjudul Symphony No. 9 th, Mozart dalam 20 th piano concerto, Umm Khulsum dari Mesir, Janis Joplin dan penyanyi balada Ebiet G. Ade.

:

Mengamati pertandingan sepak bola, terutama liga Amerika latin dan liga Eropa.

:

Mendengarkan audio book, terutama mengenai sejarah dan biografi.

Abdurrahman Wahid telah menghasilkan beberapa buah buku. Hingga saat ini dia terus menulis kolom di sejumlah surat kabar. Selain itu, dia masih aktif memberikan ceramah kepada publik di dalam maupun luar negeri.


sumber: www.gusdur.net


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS